Catatan Harian & Perjalanan. Puisi &Fotografi. Tutorial Blog, Komputer & Media Sosial

Like Mother Like Son

spidey anakku :)
Like father like son.
Pepatah itu sepertinya ngga berlaku di sini.
Kenapa?
Karena yang berlaku adalah "Like mother like son" hehe

Juniorku Kautsar, 6 tahun, memang banyak meniru mommy-nya.
Salah satunya, dalam hal fotografi.
Maka, kalau kamera tiba-tiba menghilang begitu saja, bisa dipastikan ketika kembali sudah bertambah koleksi gambarnya. Adaaa saja objek yang jadi sasarannya.
Kadang-kadang yang tidak sempat ku-shoot. Yang tidak terpikirkan untuk ku-shoot.

Berikut adalah beberapa di antaranya, saat kami berkesempatan mengunjungi keluarga di Tanjung Morawa, Sumatera Utara, Juni lalu.
mas gibran foto sama meong :D
Mas Gibran, kucingnya belum mandi :P

foto kucing yang sedih
Sedih amat ya, nih kucing =D

foto candid mba putri :-)
Si mbah :-)


foto bu Neng sama mas Tirta
Bu Neng dan Mas Tita


foto dua merpati di dalam kandang
"Ngintip" duo merpati

foto merpati di dalam kandang
Wah, kalau yang ini jelas2an nyelundup ke dalam kandang :D


foto merpati di atap kandang, mau terbang atau gaya ? =)
Merpati mau terbang ya? Atau lagi gaya ?:)

foto motor lelaki
Ngga penting ini motor siapa. Yang penting bisa jadi objek hehe





Share:

Bloggers.com Telah Ditutup ?

Semangat Pagiii

Lama tak aktif di bloggers.com, pagi ini saya secara kebetulan ingin mengunjungi komunitas yang memberi pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan blog saya ini. And this is what I found

bloggers.com is closed

Rasa penasaran membuat saya googling. 

Dan o oww... saya benar-benar ketinggalan info :"(

Bloggers.com telah ditutup 25 Juni silam :"(

Teringat betapa banyak hutang yang belum saya penuhi di sana. Vote, review, konfirmasi pertemanan. Bloggers.com juga yang memberi banyak back link buat blog saya ini. Pernah beberapa kali menempati peringkat terbaik. So many things I've got, judulnya. And so many thanks for that

Anyway, apa yang sudah hilang jangan terlalu disesali.
Karena bahkan diri kita, sejatinya bukan milik kita, tapi DIA, Sang Pencipta.
Share:

O oow... Ketahuaaaan o.O

Alhamdulillaah... Hari ini puasa Ramadhan di hari pertama. Puasa pertama pula buat juniorku Kautsar yang berumur 6 tahun. Baru aja apdet status di FB mudah-mudahan puasanya lancar sampe maghrib selama sebulan penuh, eeeehhh... juniorku sudah minta jajan :D Hehehe... Dasar anak-anak! Alhamdulillaah dengan bujukanku dia masih bertahan tuh. Mudah-mudahan goal sampe maghrib. Aamiin.

Berbicara masalah memperkenalkan puasa pada anak, kita sebagai ortu terutama ibu pasti pernah ya mengiming-imingi hadiah pada anak agar puasanya lancar? Tujuan kita tentu saja baik. Agar anak terbiasa menjalankan kewajiban agama sejak dini. Dan hadiah sebagai reward pada anak atas "prestasi"-nya. Seperti yang kemarin saya lakukan sebelum puasa tiba. Sejak sorenya saya mengajak anak untuk ikut sahur bareng, tarawih dan puasa esok harinya. Saya menjanjikan hadiah, meski wujudnya sendiri belum saya ceritakan.

Tadi pagi, saya membaca tabloid Wanita Indonesia yang saya beli sehari sebelumnya. Dan.. o oww.. Saya menemukan artikel "Kenalkan Puasa tanpa Hadiah" yang cukup menyentil saya, hehehe. Bahwa mengajak anak berpuasa dengan iming-iming hadiah sebenarnya tidaklah efektif, kecuali sesekali saja. Kenapa? Karena iming-iming hadiah hanya akan mengajarkan anak berpuasa karena benda, bukan karena kesadaran mereka. Dan... barusaaan aja, saya mergokin junior saya minum es kopi sambil ketawa, sewaktu saya meninggalkan tulisan ini dan mencari-cari dia yang tiba-tiba menghilang, padahal janjinya mau tidur siang. Alhasil puasanya hanya berumur setengah hari. O ooww.. sedih bukan buatan hati saya. Tapi apa mau dikata  ya? 

Kembali ke artikel tadi, memberi hadiah pada anak yang berpuasa memang baik. Namun jangan sampai dijadikan kebiasaan. Toh tujuan utama kita mengajarkan anak berpuasa agar si anak tahu keutamaan puasa itu sendiri. Belajar menahan lapar, haus dan mengendalikan diri. Juga membentuk karakter anak, seperti tidak boleh berbohong, marah, atau menahan hawa nafsu. 

Saya ingat, kemarin saat mengajak anak berpuasa, saya mencontohkan kakak sepupunya yang sudah berpuasa sejak berumur 5 tahun. Ini juga baik ya, tentunya. Sepanjang kita tidak membanding-bandingkan anak kita yang gagal  dengan temannya yang berhasil puasanya. Masih kata artikel itu, pembandingan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak, si anak akan merasa lemah. Cara terbaik bisa dengan mendorong anak kalau dia sebenarnya juga mampu. Lalu bertanya, apakah ia mau mencobanya, terlepas berhasil atau tidaknya.Jika anak belum mau mencoba atau memang usianya belum wajib puasa, kita bisa terus memberinya pemahaman sedikit-sedikit dan ajak berpuasa sesekali meski mungkin hanya bertahan beberapa jam saja. Yaa, seperti puasa junior saya yang "hanya" bertahan setengah hari saja hehehe
Share:

Featured post

Cara Mudah Bikin Blog dari Ponsel

Baru-baru ini ada beberapa teman yang meminta dibikinkan tutorial cara bikin blog yang mudah tanpa mesti menggunakan komputer alias dari...

Arsip