Catatan Harian & Perjalanan. Puisi &Fotografi. Tutorial Blog, Komputer & Media Sosial

SERIBU RUPIAH

Siang tadi saat jam istirahat, saya mampir sebentar ke kedai yang menjual puding, jus dan salad. 

Udah agak lama juga gak ngerasain produk homemade mereka yang alhamdulillaah cocok di lidah saya.

Saya pindai freezer, mencari puding varian coklat yang jadi kesukaan. Alhamdulillah, masih ada satu cup di rak paling bawah.

Saya ambil dan bawa ke kasir sembari mengeluarkan selembar hijau dua puluhan, tetapi mata masih melirik ke freezer yang memang dekat dengan kasir. Pengen salad buah juga nii.

Jadilah saya ambil satu cup dari rak. Saya buka dompet kembali mencari pecahan 7000. Ternyata uangnya nggak cukup, kurang seribu. Mau saya tukar dengan lembaran biru, tapi kasir yang juga ownernya menolak. 

"Gapapa," katanya, sementara saya masih mengorek-ngorek dompet yang tebal lebih karena kertas entah apa aja. (Woyy, buka rahasia pula! 😆)

Baiklah. Alhamdulillah. Barakallah. Semoga Allah membalas seribu rupiah itu berkali-kali lipatnya.

Saya senang menemukan pedagang yang nggak perhitungan seperti ini. Memang benar, ketika kita menghargai uang kecil semisal nominal seribu rupiah, jika dikumpulkan sebanyak 100 lembar atau keping, tentu powernya sama dengan selembar merah dua tokoh proklamator.

Tapi di sisi lain, ketika kita nggak pelit dengan si kecil ini, bukan mustahil kita akan mendapatkan berkali lipatnya. Karena pembeli yang senang tentu akan kembali, hingga terjadilah repeat order alias pembelian yang berulang.

Di sisi lain, ada juga pedagang yang 500 rupiah pun nggak boleh kurang, pelitnya setengah mati. Tapi ketika lima ratus kita lebih di dia, oke-oke aja tuh. Dan besoknya kita malas beli lagi di dia.

Seribu rupiah bisa menjadi berkah dan sebaliknya, tergantung dari cara kita menyikapinya.

Ngomong-ngomong, ada yang tau nggak misteri dari kancing Pattimura yang dilingkari?

Sabang, 23 Maret 2022

Whatever you do, do it with 💕

uang-seribu-rupiah


Share:

Aku, Nasgor Keju, dan Chef Renatta

nasgor-keju-cheff-renatta

Aku emang jarang masak, tapi sekalinya masak, nggak kalah ama Chef Renatta. #gayacombong 😎

Busyett! Chef Renatta tetiba datang!

Belum sempat kabur, do'i langsung menyambar sendok dan siap eksekusi.

"Wah, beneran nasi goreng nih..." 

Bodi yang tadinya mengkerut auto mengembang perlahan mendengar suaranya yang serupa untaian nada dari surga.

"Emang bener digoreng. Minyaknya kebanyakan!"

Belum lagi mengembang sempurna, tubuh ini mengempis seketika. Untunglah cuma mengempis, masih bisa ditiup supaya kembang kembali. Bayangkan kalo meletus!

Chef Renatta mengunyah pelan-pelan haskarku seraya berhenti sesekali, khas Chef.

"Lumayan pedas," ucapnya. "Kamu pake paduan apa aja untuk bumbunya?"

"Saya pakai bawang putih aja, Chef. Cabenya dari cabe pas beli ayam geprek. Hehe." Aku cengengesan.

Chef Renatta melotot sambil tetap tersenyum.

"Hemat bener kamu, ya!" 

Chef mengunyah sesuap lagi.


"Kamu pakai keju?" Chef membelalak.

"Iya, Chef." Aku bersiap-siap menerima petuahnya.

"Gak rata ini kamu aduknya. Sebagian pas, sebagian agak asin. Kamu mau kawin lagiii?"


Kali ini Chef Renatta melotot tapi tak tersenyum.

Dan aku pun meletus seketika!

Pulau Weh, 17 Maret 2022

Jokes malam

Share:

Selasa Hujan, Selasa Berkah

Kelar apel pagi tadi, saya melipir bentar buat isi amunisi. Sarapan, karena senyuman saja nggak cukup untuk memulai hari dengan penuh harapan ya, kan?

Nggak lama, saya bersiap-siap starter motor kembali ke kantor, ketika tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari jauh.

Saya lihat langit; gelap! Untungnya langit di hati nggak ikutan gelap. Saya menghitung-hitung apakah tepat untuk berangkat sekarang?

Melihat Niko yang sedang menikmati udara pagi tadi mencelat masuk rumah, saya pun segera melakukan hal yang sama.

Byuurrrrr. Segera saja hujan datang, seperti ditumpahkan dari ember besar di langit.

Saya raih hp, ceki-ceki Whatsapp dan memeriksa grup 21. Ada yang masih bingung dengan tema oloc (one love one comment) hari ini, ada yang sudah paham. Semangat yaa. Yuk kita bisa 😘


Syukurlah nggak lama hujan mereda. Saya raih jaket kesayangan dari cantolan, lanjut mendorong si tua magenta setelah mengelap bodi atasnya sebentar. Air masih jatuh dari langit, mencium jaket dan sebagian wajah ini. Gerimis dikit gapapa lah. 

Saya tembus gerimis yang ternyata sedikit menderas di perjalanan menuju kantor. Alhamdulillah selamat sampai di tujuan.


Seperti hujan yang kadang lebat kadang gerimis, seperti itulah rezeki yang datang menghampiri kita. Kadang banyak, kadang banyak banget. Hehe.

Yang penting tetap bersyukur yaa 😊

setiap-hari-ada-rezeki-baru-untukmu




Share:

Featured post

Cara Mudah Bikin Blog dari Ponsel

Baru-baru ini ada beberapa teman yang meminta dibikinkan tutorial cara bikin blog yang mudah tanpa mesti menggunakan komputer alias dari...

Arsip