Catatan Harian & Perjalanan. Puisi &Fotografi. Tutorial Blog, Komputer & Media Sosial

O oow... Ketahuaaaan o.O

Alhamdulillaah... Hari ini puasa Ramadhan di hari pertama. Puasa pertama pula buat juniorku Kautsar yang berumur 6 tahun. Baru aja apdet status di FB mudah-mudahan puasanya lancar sampe maghrib selama sebulan penuh, eeeehhh... juniorku sudah minta jajan :D Hehehe... Dasar anak-anak! Alhamdulillaah dengan bujukanku dia masih bertahan tuh. Mudah-mudahan goal sampe maghrib. Aamiin.

Berbicara masalah memperkenalkan puasa pada anak, kita sebagai ortu terutama ibu pasti pernah ya mengiming-imingi hadiah pada anak agar puasanya lancar? Tujuan kita tentu saja baik. Agar anak terbiasa menjalankan kewajiban agama sejak dini. Dan hadiah sebagai reward pada anak atas "prestasi"-nya. Seperti yang kemarin saya lakukan sebelum puasa tiba. Sejak sorenya saya mengajak anak untuk ikut sahur bareng, tarawih dan puasa esok harinya. Saya menjanjikan hadiah, meski wujudnya sendiri belum saya ceritakan.

Tadi pagi, saya membaca tabloid Wanita Indonesia yang saya beli sehari sebelumnya. Dan.. o oww.. Saya menemukan artikel "Kenalkan Puasa tanpa Hadiah" yang cukup menyentil saya, hehehe. Bahwa mengajak anak berpuasa dengan iming-iming hadiah sebenarnya tidaklah efektif, kecuali sesekali saja. Kenapa? Karena iming-iming hadiah hanya akan mengajarkan anak berpuasa karena benda, bukan karena kesadaran mereka. Dan... barusaaan aja, saya mergokin junior saya minum es kopi sambil ketawa, sewaktu saya meninggalkan tulisan ini dan mencari-cari dia yang tiba-tiba menghilang, padahal janjinya mau tidur siang. Alhasil puasanya hanya berumur setengah hari. O ooww.. sedih bukan buatan hati saya. Tapi apa mau dikata  ya? 

Kembali ke artikel tadi, memberi hadiah pada anak yang berpuasa memang baik. Namun jangan sampai dijadikan kebiasaan. Toh tujuan utama kita mengajarkan anak berpuasa agar si anak tahu keutamaan puasa itu sendiri. Belajar menahan lapar, haus dan mengendalikan diri. Juga membentuk karakter anak, seperti tidak boleh berbohong, marah, atau menahan hawa nafsu. 

Saya ingat, kemarin saat mengajak anak berpuasa, saya mencontohkan kakak sepupunya yang sudah berpuasa sejak berumur 5 tahun. Ini juga baik ya, tentunya. Sepanjang kita tidak membanding-bandingkan anak kita yang gagal  dengan temannya yang berhasil puasanya. Masih kata artikel itu, pembandingan akan menimbulkan rasa tidak percaya diri pada anak, si anak akan merasa lemah. Cara terbaik bisa dengan mendorong anak kalau dia sebenarnya juga mampu. Lalu bertanya, apakah ia mau mencobanya, terlepas berhasil atau tidaknya.Jika anak belum mau mencoba atau memang usianya belum wajib puasa, kita bisa terus memberinya pemahaman sedikit-sedikit dan ajak berpuasa sesekali meski mungkin hanya bertahan beberapa jam saja. Yaa, seperti puasa junior saya yang "hanya" bertahan setengah hari saja hehehe
Share:
Comments
7 Comments

7 comments:

  1. selamat menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan,
    mohon maaf lahir dan batin....salam :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama ya, bang
      Selamat Menjalankan ibadah puasa, mohon maaf lahir bathin
      Dan makasih atas kunjungannya :-)

      Delete
  2. May ALlah give all strength for Kausar and all of us to fast.... Allahu Akbar

    ReplyDelete
  3. Selamat menunaikan puasa ramadhan ukhti ?

    oh iya, desain template blognya bagus banget, ajarin buatnya dong ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat menunaikan puasa Ramadhan juga, ukhti Iril Sagita :)
      Wah, makasiih :-) Tapi aku juga ditolongin temen buatnya.
      Cuma aku edit dikit hehe

      Delete

Bebas komentar apa aja, asal sopan.
Tapi jangan nyepam. Ntar dihapus lho!

Featured post

Cara Mudah Bikin Blog dari Ponsel

Baru-baru ini ada beberapa teman yang meminta dibikinkan tutorial cara bikin blog yang mudah tanpa mesti menggunakan komputer alias dari...

Arsip