Catatan Harian & Perjalanan. Puisi &Fotografi. Tutorial Blog, Komputer & Media Sosial

Lelaki yang Berusaha Menyenangkan Hati Semua Orang

whatever we say, whatever we do, people will always have something to say
Kita tidak akan pernah bisa menyenangkan hati semua orang. 
Berbuatlah apa yang menurutmu benar

Alkisah, ada seorang lelaki yang selalu berusaha menyenangkan hati semua orang. Pria ini hidup sebagai petani di desa dengan seorang istri dan anak lelakinya.

Pada suatu hari, ayah dan anak ini pergi ke kota sambil membawa seekor keledai. Mereka akan menjualnya di pasar. Sambil menuntun keledai yang juga berjalan dengan sabar, ayah dan anak lelakinya saling berbagi cerita. 



Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan sekumpulan wanita muda.
“Wahai,Bapak”sapa salah seorang dari mereka. 

“Apakah Anda akan menjual keledai ini di kota?”

“Ya,nona”,jawab si pria.

“Mengapa tidak Anda biarkan saja putra Anda menungganginya? Bukankah itu lebih baik daripada dia kelelahan berjalan?” gadis  itu memberi sarannya

“Baiklah” Tanpa bicara banyak pria itu pun menaikkan putranya ke punggung si keledai

Mereka kembali berjalan. Kali ini dengan si anak lelaki di atas keledai yang dituntun ayahnya.Namun belum jauh mereka berjalan, mereka berpapasan dengan seorang laki-laki tua. Laki-laki itu menatap putra si pria desa ini.

“Sungguh tega kamu kepada orang tuamu”marahnya
“Kamu biarkan dia berjalan kelelahan sementara kamu menunggangi keledai. Seharusnya ayahmu yang sudah tua ini kamu biarkan menungganginya sementara kamu yang berjalan”

Kali ini, tanpa banyak bicara pun si pria desa menurunkan putranya dari punggung keledai. Gantian dia yang menungganginya. Keledai kecil itu pun  terkejut  mendapati beban yang bertambah. Namun dia tetap sabar terhadap tuannya.

Mereka berjalan. Terus berjalan. Hingga di ujung desa mereka bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu yang sedang memberi makan anak-anaknya. Melihat ayah dan anak lelakinya ini dan keledainya yang kelelahan, ibu – ibu itu pun menjadi marah. Salah seorang menghampiri si pria.

“Ayah macam apa Anda? Tega membiarkan anak lelaki Anda berjalan kelelahan sementara Anda menunggangi keledai ini sendirian?”

Pria ini bukan tidak lelah mendengar nasihat yang berbeda-beda. Namun tetap tanpa banyak bicara ia menuruti saran wanita tersebut. Dinaikkannyalah putranya bersamanya ke atas punggung binatang malang tersebut, yang semakin terkejut dengan beban yang bertambah lagi. Namun ia tetap diam tak berontak.

Akhirnya,sampai jugalah ayah dan anak ini  di kota, di dekat sebuah jembatan perbatasan antara desa dan kota. Sungai mengalir di bawah jembatan itu. Mereka harus melewati jembatan itu untuk sampai di pasar dan menjual keledainya. Tapi mereka mendapati sekumpulan pria yang sedang berbicara ramai di sebuah warung. Salah satunya menghampiri ayah dan anak ini.  Wajahnya menunjukkan keprihatinan melihat si keledai dengan beban berat di punggungnya. Punggung binatang malang itu terkulai. 

“Wahai, Bapak.”sapa pemuda itu. “Maaf bila saya mencampuri urusan Anda. Tapi sayang sekali keledai ini bila harus menanggung beban Anda dan putra Anda. Mengapa Anda tidak membawanya saja?”

Untuk kesekian kalinya, pria ini berusaha menyenangkan hati orang yang memberinya nasihat. Tapi sayang, kali ini dia salah memahami. Diajaknya putranya untuk mengikat kedua pasang kaki si keledai malang itu  dan mereka pun menggotongnya melewati jembatan. Orang – orang yang melihat pun menertawai mereka. Tapi laki-laki ini sudah terlalu lelah untuk mendengarnya.

Keledai kecil malang yang terbiasa bebas itupun merasa tak nyaman dengan posisinya. Dia tidak bisa sabar lagi. Naluri hewannya membuat ia berontak kuat tanpa berpikir. Belum lagi sampai di jembatan, ayah dan anak ini tak bisa membendung gerakan kuatnya yang bercampur rasa takut. Si keledai malang pun terlepas dan jatuh ke sungai.

Terduduk lemas di tepi jembatan, sang ayah berkata kepada putranya,”Anakku. Hari ini engkau telah melihat. Berkali-kali ayah berusaha menyenangkan hati orang-orang dengan mendengarkan nasihat mereka. Tapi, seperti yang engkau lihat,anakku, tak satupun yang benar”

Anaknya pun bertanya,”Kalau begitu, kenapa kita tidak melakukan apa yang menurut kita benar,ayah?”


Pria itu tersenyum. Sambil mengusap kepala putra tercintanya, ia bersyukur hari itu telah mendapatkan pelajaran hidup. Meski harus kehilangan keledai penopang hidupnya.

Terjemahan bebas dari Stories from Aesop, judulnya - maaf - lupa ^^

Share:
Comments
1 Comments

1 comment:

  1. Memang susah untuk menyenangkan semua orang... lebih baik kita mengikuti kata hati dan kebenaran yang kita yakini namun juga tak menutup telingan dari nasehat yang baik. Begit ya? :)

    ReplyDelete

Bebas komentar apa aja, asal sopan.
Tapi jangan nyepam. Ntar dihapus lho!

Featured post

Cara Mudah Bikin Blog dari Ponsel

Baru-baru ini ada beberapa teman yang meminta dibikinkan tutorial cara bikin blog yang mudah tanpa mesti menggunakan komputer alias dari...

Arsip