Seumur - umur, saya ngga pernah tertarik dengan yang namanya politik. Dunia politik merupakan sesuatu yang asing buat saya. Sesuatu yang asing dari negeri yang asing. Padahal almarhum Bapak saya seorang politisi. Tapi, ngga ada satupun dari kami anak - anaknya yang mewarisi bakat itu.
Nah, kalau ternyata sekarang saya
berteman dengan seorang politisi, itu adalah hal yang tak terduga. Tak terduga karena, sekian waktu berteman dengannya, saya baru tahu sekarang kalau teman saya ini seorang politisi. Lulusan hukum pula.
berteman dengan seorang politisi, itu adalah hal yang tak terduga. Tak terduga karena, sekian waktu berteman dengannya, saya baru tahu sekarang kalau teman saya ini seorang politisi. Lulusan hukum pula.
Saya yakin pertanyaannya adalah,kok sekarang baru tahunya? Ya bisalah hehehe. Teman saya ini, selama ini lebih saya kenal sebagai penyair ( ya kurang lebih begitu ). Yang ngga pernah ngomong politik, malah sukanya berpuisi ria. Jadi wajar kalau saya kaget, kan ketika dia membuka dirinya yang sebenarnya?
Dan, karena saya orang yang terbuka terhadap apa saja, selama itu tidak mengancam akidah, sekarang saya menjadi pendengar yang setia bagi teman politisi saya itu. Kampanye? Bukan! Dia hanya berbagi cerita lika - liku dunia politik dan hukum. Bahwa kita sebenarnya harus melek politik dan hukum. Jadi ngga mudah dipolitikin orang.
Saya senang berteman dengan orang -orang dan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru dari mereka, bukan sekedar canda tawa belaka.
Lalu, bagaimana dengan status "penyair" teman saya itu?
Masih seperti dulu. Tak berubah.
Weh Island, Januari 12, 2012
Ketika teman membuka cakrawala
gambar diambil dari sini
kalo saya...
ReplyDeletemasih belum bisa politik :D
sama dong :D
ReplyDeletewah ada juga ya politisi yang berpuisi. hebat, jangan jangan rakyat di jadikan syairnya lagi... hahah. boleh lah, daripada rakyat di bikin dagelan. lebih bahaya lagi. hebat mba punya teman politisi, saya punya teman. tapi masih belum jadi politisi, mau jadi, tapi masih belum berhasil dia.
ReplyDeletewah,, gawat! bisa marah nih kalo dia baca.. hehe... just kidding :D
Deletebagus malahan. dia pasti senyum baca komenmu, Drieant :)
kepuisiannya dia itu memang udah bagian dari dirinya, meski seandainya dia bukan politisi. dan menjadi unik karena dia seorang politisi.
*to NS; semoga kamu tidak menganggap ini ghibah*
aku gak ngerti politik :) thanks atas kunjungannya, maaf telat berkunjung baliknya
ReplyDeleteaku sama ngga ngertinya, mbak. Hnya menjadi pendengar yang baik aja :)
DeleteMakasih atas kunjungan baliknya, moga kapan2 masih mau mampir ya, mbak ^^
Yang jadi pertanyaan saya> apakah yang dimaksdu dengan kata "status"
ReplyDeletepada kalimat Lalu, bagaimana dengan status "penyair" teman saya itu?
xixixi,
@Julak Souriehahaha.. pertanyaannya ada2 saja nih. Status ya status dong. Saya yakin pada tau jawabannya ;)
ReplyDelete