Catatan Harian & Perjalanan. Puisi &Fotografi. Tutorial Blog, Komputer & Media Sosial

RUMAH KARANG Sejuta Kenangan

Rumah Karang

Siang tadi saya pergi kondangan di daerah rumah lama masa SMP hingga awal SMA dulu. Meski sering lewat daerah ini, tapi nggak sampai ke dalam-dalamnya. Makanya baru tadi saya melihat kembali peninggalan rumah tempat tinggal kami sekeluarga dulu. 

Rumah Karang, begitu dulu kami nyebutnya, karena memang berdiri di atas karang, dengan posisi lebih tinggi dari rumah-rumah di sekitarnya. Kini hanya tinggal pondasi dan tangga batunya saja.

Banyak kenangan terukir di sana; tentang ibu, bapak, kehidupan bertetangga, persahabatan, hingga kenangan cinta monyet masa remaja.

Saya masih ingat betul, ketika malam tiba, saya akan belajar dibantu penerangan lampu teplok. Saat itu memang belum ada sambungan listrik. Bahkan untuk air pun kami sempat membayar ke tetangga, sebelum kemudian memasang sambungan PAM sendiri.

Saya belajar di ruang tengah yang juga merangkap ruang makan. Dengan meja merapat ke dinding, di kiri saya adalah ruang depan berdampingan dengan kamar pertama, di kanan saya ada pintu menuju dapur dan kamar mandi.

Di ruang tengah ini, di kiri belakang saya ada lemari pakaian, di kanan belakang ada lemari makan. Sementara di tengah-tengahnya adalah pintu kamar kedua yang memuat dua ranjang dan satu lemari pakaian.

Rumah Karang ini begitu kecil, tapi kami hidup bahagia di sana, meski seringkali pas-pasan dalam segalanya.

Malam hari selepas waktu maghrib ataupun isya, kami akan duduk di tangga batu. Bercengkrama bersama tetangga sebelah, sembari mendengarkan sandiwara radio yang jadi favorit masa itu. Rumah ini memang terdiri atas 2 pintu yang dihuni 2 keluarga. 

Dari tangga batu ini pula saya suka menyaksikan bintang bertaburan bagai permata di langit malam. Ketika mengingat pelajaran di sekolah, saya akan mencari-cari di mana rasi bintang biduk, layang-layang maupun scorpio. 

Kebahagiaan menatap langit malam kala itu sungguh tak bisa dibandingkan dengan menatap gadget hari ini.

Ada rasa luas, ada rasa lapang di jiwa.

Ada banyak kenangan tertinggal, ada banyak untaian aksara tercipta di sana.

Bahkan puisi tentang kepulangan ke negeri akhirat saya tuliskan di Rumah Karang ini, tepat sehari sebelum kepergian bapak dan abang tercinta dalam tragedi tenggelamnya KMP Gurita.

Rumah Karang memang tinggal pondasi dan tangga batunya saja. Namun apa yang pernah terukir di sana, akan abadi selamanya.


Sabang, 11.11.2023

Untuk Bapak, Ibu, dan Abangku tercinta.
Semoga mendapat tempat terbaik di sisi-NYA.

Share:

Lauk Semalam Sisa? Cobain Resep Ini

tongkol-suwir-tumis

Kemarin saya ada cerita tentang salah satu masakan favorit; tongkol suwir tumis pedes. Biasanya dulu resep ini saya eksekusi untuk lauk yang nggak habis semalam. Hehe. Maksudnya siih biar hemat gitu, tapi juga gak ngebosenin.

Tapi bisa banget kok diaplikasiin ke ikan yang baru.

Resepnya mudah aja.

Saya gak pake takaran tapi yaa, se-feeling-nya aja. Silakan disesuaikan dengan kebutuhan dan kesukaan. Oke?

Yuuk, eksekusi.

Tongkol yang sudah digoreng setengah atau 3/4 matang atau sisa lauk semalam, suwir-suwir. Jangan lupa dibuang tulangnya, supaya ntar nggak berubah jadi kucing gara-gara kemakan tulang 🤭

Tumis bamer, tomat, cabe yang sudah dirajang halus. Cabe boleh yang merah aja, ijo aja atau kombinasi keduanya. Saya pribadi lebih suka banyakin yang ijo.

Yang mau nambahin daun salam dkk boleh. Kalo saya sih sukanya daun temuru, wanginya khas dan bikin makanan enak.

Kalo suka pedes boleh nambah rawit sesukanya. Lumayan bikin joss dan seger lho kalo pas sakit kepala, pas makan trus kena "ranjau" rawit ini. 

Nggak caya? Cobain. 

Yang gak bisa makan pedes, don't try this at home yaa.

Oke, lanjuut.

Masukkan tongkol suwir ke dalam tumisan. Beri garam. Tambahkan penyedap rasa jika suka. 

Taraa. Sudah matang. Enaknya disantap dengan nasi panas niih. 

*Gambar ngambil di google 😁

Boleh ya intip nutrisi dan manfaat ikan tongkol di sini 


Tulisan ini merupakan flashback setahun silam di akun facebook personal Lizanovia M. Hadi

Share:

Bertahan dengan Kecap

Siapa doyan kecap? Mau itu dijadikan bahan masakan ataupun penyedap saat makan bakso dkk. Mau kecap manis ataupun yang asin.

Please dijawab ya? Soalnya selain untuk bumbu rujak, saya nggak doyan. Pengen cari teman ni judulnya. 🤭

Pernah baca di mana gitu, asal mula sebutan kecap berawal dari zaman Hindia Belanda. Waktu itu bule -bule londo saling melempar tangkap botol saus sambil teriak "Catch up!" yang didengar oleh orang pribumi sebagai kecap.

.

.

.

.

Serius amat bacanya. Hahaha. Becanda. Bule londo ya pake bahasa Belanda dong. 

Kata "kecap" diduga diambil dari bahasa Melayu Semenanjung dan dari bahasa Amoy kôechiap atau kê-tsiap.


Untuk detailnya, googling aja kalau penasaran. 😬


***

Sekarang kita menuju ke perairan Kolombia.

Di sana ada Mas Elvis Francois yang diselamatkan oleh Angkatan Laut karena informasi yang diberikan oleh awak pesawat. Awak tersebut melihat sinyal yang dibuat olehnya dengan menggunakan kaca yang dimiringkan ke arah matahari.

Francois yang malang terombang-ambing di lautan setelah pria dari Dominika, Kepulauan Karibia itu tersapu air laut karena cuaca buruk. Saat itu ia sedang memperbaiki kapalnya di lepas pantai, Desember 2022 lalu.

Selama 24 hari tak melihat daratan, tak punya teman bicara, dan hampir tak tahu berbuat apa lagi setelah usahanya menarik perhatian kapal-kapal yang lewat tidak berhasil. Pria itu teringat keluarganya dan nyaris kehilangan harapan.

Francois bertahan hidup dengan sebotol kecap, bubuk bawang putih, dan kaldu blok yang dicampur air.

Sumber berita ada di sini


*** 

Pengalaman Francois ini mengingatkan saya dengan kisah nyata serupa yang terjadi pada September 1983 silam. Kisah tragis Tami Oldham dan Richard Sharp tersebut dibukukan pada 1998. Sementara filmnya sendiri baru dirilis pada 2018 yang lalu; Adrift.

Buat kamu yang suka film roman petualangan, rekomendasi ni untuk ditonton. 

Yang sudah nonton? 

Nonton aja lagi kalau ada tisu. Hehe.

Boleh tuh sambil nyemil kerupuk dicocol kecap. #Eh


Sabang, 28 Januari 2023

Lizanovia M Hadi

Share:

Featured post

Cara Mudah Bikin Blog dari Ponsel

Baru-baru ini ada beberapa teman yang meminta dibikinkan tutorial cara bikin blog yang mudah tanpa mesti menggunakan komputer alias dari...

Arsip