Di day 5 LAAF Batch 15 beberapa hari kemarin, saya sempat cerita tentang kenangan kopdar alias kopi darat pertama dengan teman facebook. Kenangan yang begitu membekas meski telah berlalu sekian tahun, hingga saya baru tersadar kalau sudah pernah menulis hal yang sama beberapa bulan sebelumnya, masih di kelas optimasi facebook alias LAAF (Learn All About Facebook) yang sudah saya ikuti selama 5 batch ini.
Kalau diingat-ingat, ada beberapa kali kenangan kopdar yang ngga akan pernah saya lupakan.
Pertama kopdar dengan sahabat pena pertengahan Februari 97 (ampuuun, oldis bangeeet yaak). Rencana sebelah pihak aja ini sebenarnya, karena yang dituju belum tahu. Kebetulan waktu itu pas lagi main ke Banda Aceh ama sohib kentalku Ariyani. Pikir-pikir, kenapa ngga sekalian kopdar ya, kan? Dulu sih belum ada istilah kopdar, kita bilangnya ketemuan haha. Oiya, nama sahabat penaku ini Vivi.
Muter-muter kami bertiga bersama sepupunya mencari alamat sahabat penaku ini. Mana kita diturunin becak masih jauh dari alamat lagi. Alhasil jalan kakilah kami sepanjang jalan kenangan. Santuy aja siih, mengingat saat itu jalan kaki adalah hal yang biasa untuk anak Sabang yang betisnya udah serupa betis abang becak kayak kami ini. Hahaha. Alias kuat jalan, gaes.
Singkat cerita kami sampai di sebuah kedai, lalu mampir dan menanyakan alamat dimaksud. Di saat yang bersamaan, kami melihat papan nama jalan di ujung lorong. Setelah mengucapkan terima kasih, semangat 45 lah kami masuk ke lorong itu. Mengetuk pintu rumah nomor 1. Dan ternyataaaa....
Kata yang punya rumah, rumah Vivi sahabatku yang di belakang kedai tadi. Ampuuun wkwkwk
Kembalilah kami ke kedai tadi.
"Lho, kok balik?" tanya bapak yang tadi kami tanyain.
Meski ragu, saya bertanya juga,
"Rumah Vivi Rahma Eka Herawaty di mana ya, Pak?"
"Ya di sini!" belum lagi menarik nafas lega,
"Tapi Vivi-nya ngga ada. Belom sampe di rumah" lanjut si bapak yang ternyata bapak temanku itu.
Rupanya Vivi lagi dalam perjalanan dari Meulaboh ke Banda Aceh.
Yaaa.... kecewa kan penonton. Apalagi kita kehausan banget waktu itu wkwkwk.
Akhirnya kita pulang dengan kerongkongan kering. Naseeeeb.
Syukurlah di minggu ke empat Februari kopdar-an ama Vivi sukses. Kali ini ditemani oleh Bang Ikhsan. Kami ngobrol sambil haha hihi nyeritain apa aja.
"Tengkyu ya, Bang, udah rela jadi obat nyamuk kami waktu itu. Hehe"
Waktu itu saya ke Banda lagi karena ikut Cerdas Cermat Kadarkum mewakili Sabang ke Provinsi Aceh. Kelar dari sana langsung mampir dan nginap di rumah Bunda, ibunya Bang Ikhsan yang sudah kuanggap seperti abang sendiri. Abang yang sadis, karena pernah ngetok kepalaku pake centong dulu. Belum lagi suka nyulik kedua abangku buat main.Makanya saya balas dendam jadiin dia obat nyamuk. Weeek.
Kopdar berikutnya ama sahabat pena juga. Kak Lilid namanya. Beliau ini kakak sepupu Yuni teman sekelasku. Kita ketemuannya di rumahku di Sabang. Ingat banget waktu itu, kita ngobrolnya di depan lemari bukuku di ruang tamuku yang mungil.
Intinya, dari pertemuan inilah kak Lilid seneng berteman denganku (acieee) dan kita lanjut dengan berkirim surat. Mudah-mudahan Iza ngga salah ingat ya, Kak Lilid #smile
Ada lagi kopdar ngga terduga yang kocak. Yang datang itu temen pena juga. Doinya mondok di pesantren di Seulimum, Aceh Besar. Awal kita sahpenan karena kenal dari buletin sahabat pena. Pada masa itu saya ikut nerbitin buletin serupa yang edar hingga ke mancanegara. Oya, BUMI nama buletinnya.
Sesama publisher Aceh, saling bertukaran terbitan dong ya, kami. Kenal lah dengan teman saya ini, Zulfikar namanya. Awal ngirim surat dia ngaku-ngaku anak perempuan. Makanya saya sempat shock saat menerima suratnya yang ke sekian dan tetiba fotonya yang membuka rahasia terjatuh dari amplop wkwkwkwk. Masih ingat banget waktu itu kejadiannya di ruang tamu di rumah yang baru.
Pas datang ke Sabang kemudian, Zul ngga sendiri. Tapi bareng dua temannya, Amir dan Muhalba. Waktu itu pas ada acara kunjungan tokoh agama atau apa gitu di Sabang, dan mereka ikut sebagai partisipan. Lupa saya.
Yang kocak dari pertemuan kami ini, Zul yang sahabat pena saya, tapi yang langsung akrab ngobrol malah Muhalba temennya. Ngobrolnya kayak yang udah kenal lama pula. Seruuu. Cuma Amir yang agak pendiam. Kata kedua kawannya, "Dia alim, ngga kayak kami" wkwkwk. Bocor alus.
Duo ini sempet pepotoan ama kedua kakak saya di depan rumah kami. Saya ngga mau ikut hahaha
|
Zul (berdiri), Muhalba (duduk), peu haba?
|
Kopdar di masa-masa bekerja lain pula ceritanya. Saya pernah ketemuan dengan teman FB sekaligus downline di Oriflame dulu. Ngga pake rencana. Dianya pas lagi tugas dinas ke kota saya. Ditelpon di tengah jam kerja (yang untungnya ngga lagi crowded) saya langsung meluncur ke tempat janjian. Tau ngga di
mana? Di kantor pos! hahaha. Itu adalah pertemuan tersingkat saya
sepanjang sejarah. Kami hanya sempat ngobrol beberapa menit.
Alhamdulillaah ada kenangan yang tersimpan tentang itu.
Ini foto saya bersama Novita yang diambil 11 Juli 2013 silam. Masih kuyus banget kan?
|
Saya (kiri) Novita (kanan)
|
Pernah juga kedatangan teman sesama publisher. Kedatangannya yang pertama, kita ngga ketemu karena saya baru saja berangkat ke Medan waktu itu. Kedatangan yang kedua dia membawa serta istrinya, pas bulan madu. Sempat tukaran nomor telepon waktu itu. Sayangnya saya kok lupa namanya ya? Maafkan saya, kawan.
Ada juga kopdaran yang diam-diaman. Dia ini sahabat pena saya juga. Datang ke rumah saya bareng temennya tapi ngga berani ngomong. Nunduuk teruuss. Kecanggungan itu makin rikuh karena disaksikan almarhumah ibu waktu itu.
Saat pamit dia baru ngasih surat yang ternyata isinya kalau dianya ada rasa. Kan bersenandung saya jadinya.
"Sahabat pena aku cinta padamuuuu"
Saya ngga begitu ingat, sebelum atau sesudah itu saya ketemu (lagi) si sahabat pena yang punya rasa ini di tempat kerja. Agak ngga yakin awalnya apa iya itu dia.
"Apakah itu dia? Apakah itu cinta?"
Nah kaan, jadi nyanyi lagi.
Sampai akhirnya saya yakin itu dia, dan saya sapa.
Maaf ya, Z. Saya ngga begitu ingat tentang ini.
Yang paling heboh adalah saat kedatangan teman online dari Russia. Catatan mentah atau versi blognya pernah saya tuliskan di sini. Empat hari setelahnya saya bikin versi matengnya wkwkwk. Awalnya posting di catatan Facebook personal. Tapi di 2016 saya posting ulang di Facebook Fanpage saya Lizanovia M. Hadi
Syukurlah karena ngga lama setelah itu facebook notes ngga bisa disearch dan akses lagi, kan? Kecuali kalau kita sudah pernah save link catatan-nya.
Masih ada beberapa kopdaran lainnya.
Saat ini, kalau ditanya pengen kopdaran dengan siapa, ada beberapa nama yang tersimpan dalam benak.
Pertama, pengen banget kopdaran dengan cintaku mba Sugii alias Erna Sugiarti alias mba Deziiing di Jakarta. Selama ini cuma video call-an aja kita ya, mba? Ingin ku di saatnya nanti ketika pandemi ini pergi, bisa datang ke ibukota menemui dirimu dan emak. Tolong jangan dezing aku yaa, kalau kita berjumpa kelak. Suguhi aja Ciomy Jando. Wkwkwk. Maunyaaa..
Yang kedua, pengeen banget bisa kopdaran dengan dua sahabat penaku yang kini jadi sahabat FB. Yang satu Kang Johan di Jogja, satunya lagi sis Rahma di Raha, Sulawesi Tenggara. Cita-cita kita dulu bisa kopdaran berempat dengan Kak Nun ya, kan? Tapi ternyata Allah telah memanggilnya lebih dulu. Allahumma firlaha warhamha...
Kedua sahabat pena ini sudah terhubung sejak zaman saya sekolah dan mereka belum menikah. Surat-surat kalian masih saya simpan lho, Saudaraku.
Kalau mba Sugi, kenal ama dia ini pas di kelas BOW (Bimbingan Optimasi Whatsapp) dulu. Dia jadi PJ alias Penanggung Jawab grup yang hobinya dezingin peserta yang ngga setor tugas. Wkwkwk. Tapi itu casing-nya doang, aslinya dia baik kok, terutama kalo pas ngirim Ciomy wkwkwk #deziiing
Well, begitulah cerita kopdaranku. Kalo ceritamu gimana, Kawans?