Saya paling sebel kalau lagi nyeritain kesedihan ataupun hal - hal nggak enak lainnya, teman saya malah ngebanggain kebahagiaannya, keluarganya, betapa baik suaminya, de-el-el, de-es-be. Menurut saya, kok nggak sopan banget ya?
Emang sih, siapa pun kita pasti senang membagikan kebahagiaan ke orang lain. Karena, berbanding terbalik dengan kesedihan, kebahagiaan jika dibagi bukannya berkurang, malah semakin bertambah. Tapi tentunya kita cukup bijak dong melihat kondisi lawan bicara. Masak iya dia lagi sedih kita malah dengan entengnya nyeritain liburan kemarin yang asyik punya. Di mana dong sensitifitas kita sebagai seorang teman?
Oke Oke.. Kita ingin menghiburnya. Menghibur gimana? Karena kalau salah bicara salah salah si teman bukannya malah senang, yang ada malah cemburu dan merasa kok nggak adil banget? Bener lho! Coba aja bayangin, kamu curhat ke temanmu betapa sedihnya kamu karena ternyata, teman hidup yang selama ini kamu percayai, ternyata menyimpan sebuah rahasia yang sangat menyakitkan. Nah. Trus temanmu bilang,"Aduh, kok gitu ya Jeng, suamimu?? Apa yang kurang sama kamu coba? Kalo suamiku untungnya gak gitu, dia baiiiiik banget! Kemarin kami baru aja jalan - jalan bla ..bla..bla..bla..bla.." Gimana, makin sebel nggak? Plus cemburu, ya kan?
Kita perempuan memang cenderung untuk membanggakan milik kita di hadapan perempuan lain. Meski kita tahu bahwa kadang nggak semuanya itu benar. Kita ingin menunjukkan bahwa kita memiliki yang terbaik; harta,anak-anak, keluarga, karir. Padahal, kalau kita mau merenung sedikit saja, semuanya itu bukan tidak mungkin besok akan direnggut dari hidup kita. Maka, alangkah bijaknya kalau ada yang mengalami kesedihan dan kegagalan hari ini dan kita mengetahuinya, kita berkata pada diri kita; "hari ini dia, mungkin besok saya". Dengan begitu kita bisa menahan diri untuk membangga-banggakan apa yang kita punya hari ini.
No comments:
Post a Comment
Bebas komentar apa aja, asal sopan.
Tapi jangan nyepam. Ntar dihapus lho!