Dulu pernah kusandarkan letihku pada sepasang mata
yang kukira bisa meneduhkan jiwa
Tapi ternyata putaran roda waktu membawaku
pada kenyataan bahwa hidup sering tak sesuai rencana
Bukanlah hal yang "aneh" lagi kalau banyak hal di dunia ini yang tidak sesuai dengan rencana dan impian kita. Sematang apapun rencana yang kita buat dan usaha kita untuk mewujudkannya. Setinggi apapun impian yang kita bangun. Pada akhirnya kita hanya bisa berkata,"Manusia berencana, Tuhan Menentukan"
Sakit. Kecewa. Sedih. Marah. Dan lain - lain perasaan akibat kenyataan tak sesuai rencana dan impian adalah hal yang manusiawi saya rasa. Siapa sih yang tak sedih kalau harus kehilangan orang - orang yang kita sayangi dan cintai? Siapa yang tak kecewa bila dikhianati dan disakiti? Siapa yang tak marah bila ... ??? bla.. bla.. bla..
Tapi toh pada akhirnya, kita tetap harus kembali "normal" dengan realita yang ada. Harus "nrimo". Ya, meski tahap penerimaan tiap orang tidak sama. Ada yang butuh waktu lama. Ada pula yang mampu segera bangkit dan lepas dari kungkungan rasa kecewa, marah dsb tersebut.
Anda Mungkin pernah membaca "Kupinang Engkau dengan Hamdalah"-nya M. Fauzil Adhim. Di salah satu bab bukunya ( saya lupa halaman berapa, karena buku tersebut juga telah saya hadiahkan :) beliau mengatakan bahwa ketika kita merasa kecewa, sedih, marah, bukanlah hal yang bijak bila kita terburu - buru "membunuh" rasa itu.
Kenapa? Karena hal itu tidak akan bertahan lama. Ketika suatu saat memori kita teringat kembali akan hal itu, perasaan tersebut akan bertambah dua kali lipat.
Beda halnya bila kita membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Meski perlahan, rasa itu akan terkikis, terkikis, dan akhirnya hilang sama sekali
Sama seperti Anda, saya juga berkali kali mengalami kegagalan dan kekecewaan dalam hidup. Dan saya menemukan bahwa apa yang dikatakan M. Fauzil Adhim itu benar adanya
Kita memang tidak bisa melupakan semua kejadian yang tidak menyenangkan dalam hidup. Kuncinya adalah; Kita tak perlu mengingat - ingat kejadian tersebut kecuali lintasan waktu membawanya kembali ke dalam ingatan kita.
Sejenak.
Hanya sejenak
Yes.. aq setuju sista, bahwasanya... memang membutuhkan waktu untuk bersahabat dengan rasa kecewa dan kegagalan kita... entah lama atau sebentar, namun semuanya akan terasa lebih alami daripada kita sendiri yang memaksakan untuk melupakan rasa itu ;)
ReplyDeleteInspiratif banget tulisannya ;)
Setuju banget sama ini:
ReplyDelete{beliau mengatakan bahwa ketika kita merasa kecewa, sedih, marah, bukanlah hal yang bijak bila kita terburu - buru "membunuh" rasa itu.}
Memang, maksain lupa sama dengan matri memori itu makin kuat di ingatan.
Kadang saya rasakan, waktu alami masa duka lara (ciee), ada nikmat Tuhan juga di dalamnya. Karena susah-senang itu sudah jadi sunatullah, 'kan?!
Ada nikmat di dalam kesedihan.. semoga dengannya kita Allah angkat dari kesedihan itu... amiiin.. ;_|
wah.. hampir aja komen kedua senasib ma komen pertama, lama baru ketauannya :DDD Maaf ya, Muut? :)
ReplyDeleteIya,Kang... semakin ingin dilupakan, malah semakin diingat! Mending sibuk-sibukin diri ngelakuin hal2 berguna n nyenengin,,,
Setuju,kang... kalo ngga ngerasain duka, kita mungkin akan sulit mensyukuri suka. Suka dan duka sama2 disyukuri, krn selalu ada hikmah menyertainya
"Ada nikmat di dalam kesedihan.. semoga dengannya kita Allah angkat dari kesedihan itu... amiiin.. ;_|"
ReplyDeleteAmiin
Waktu mengobati segalanya~ ada kenikmatan sendiri ketika merasa kecewa, marah, terhianati~ untuk saya itu berarti bertambahnya hal-hal yang bisa ditulis ^^
ReplyDelete👍👍👍👍👍
ReplyDelete👍👍👍👍👍
ReplyDelete